TUBAN –ex.pose.biz.id- Pendirian tower Base Transceiver Station (BTS) di Desa Kanorejo, Kecamatan RENGEL, Kabupaten TUBAN, menuai keluhan dari warga sekitar. Sudah dua bulan sejak tower tersebut selesai dibangun, namun kompensasi yang dijanjikan perusahaan kepada warga yang terdampak radius tower belum juga diterima.
WN, salah satu warga yang rumahnya berada dekat dengan lokasi proyek tower BTS, mengungkapkan bahwa hingga kini dirinya belum menerima uang kompensasi yang dijanjikan oleh pihak pelaksana lapangan dari perusahaan, yang dikenal dengan nama SITAK.
“Katanya mau dikasih kompensasi, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. Padahal rumah saya sangat dekat dengan tower itu,” ujar WN.
Menurut warga, kompensasi semestinya diberikan sebelum pembangunan dimulai, terlebih jika tower didirikan di area permukiman. Umumnya, kompensasi diberikan oleh perusahaan kepada beberapa pihak sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan dampak lingkungan, antara lain:
1. Warga yang terdampak langsung, khususnya yang berada dalam radius 20 hingga 80 meter dari lokasi tower, berhak menerima kompensasi sesuai jarak rumah ke titik tower.
2. Pemerintah desa, menerima kompensasi sebagai bentuk dukungan atas izin pendirian tower di wilayahnya.
3. Karang Taruna desa, biasanya juga mendapat kompensasi sebagai bentuk kontribusi perusahaan terhadap kegiatan sosial kepemudaan di desa tersebut.
Pendirian tower BTS di wilayah desa seharusnya dilengkapi surat izin resmi dan pemberitahuan kepada berbagai pihak seperti Pemerintah Desa,pihak Kecamatan Rengel , Babinsa, serta Bhabinkamtibmas setempat. Namun, warga menyebutkan bahwa proses sosialisasi dan transparansi terkait pendirian tower ini sangat minim.
Masyarakat Desa Kanorejo berharap pihak perusahaan segera menunaikan kewajiban memberikan kompensasi kepada warga terdampak dan melakukan komunikasi terbuka terkait kelanjutan proyek serta legalitasnya.
Reporter: Tim
Editor: Memo
Posting Komentar