JAKARTA — ex-pose.biz.id
Pendidikan di Indonesia kini dinilai terlalu menitikberatkan pada kecerdasan intelektual dan capaian akademik semata, sementara aspek spiritual, etika, dan budi pekerti justru terpinggirkan. Padahal, pembentukan karakter manusia seutuhnya hanya bisa dicapai jika olah pikir seimbang dengan olah jiwa.
Para pemerhati pendidikan menilai bahwa sistem pendidikan nasional telah lama kehilangan roh kemanusiaannya. Orientasi pendidikan yang berlandaskan materialisme dan kompetisi bebas menjadikan kecerdasan spiritual—yang sejatinya menjadi pondasi moral bangsa—semakin kabur dan terpinggirkan.
Kecerdasan Spiritual, Pilar yang Terlupakan
Kesadaran dan pemahaman spiritual idealnya sudah diperkenalkan sejak dini, bahkan sebelum anak-anak memasuki pendidikan formal. Kecerdasan spiritual bukan sekadar soal agama, tetapi tentang kemampuan memahami diri, mengolah batin, dan menjalin hubungan harmonis dengan sesama serta Sang Pencipta.
Di masa lalu, pendidikan luhur bangsa Indonesia menekankan pentingnya keselarasan antara pikir, rasa, dan karsa. Namun, kini keunggulan olah pikir lebih diutamakan, sementara olah jiwa diabaikan. Akibatnya, lahirlah generasi yang cerdas secara akademik, tetapi miskin empati dan moralitas.
Kapitalisme dan Krisis Moral dalam Dunia Pendidikan
Dampak paling nyata dari dominasi kapitalisme dalam sistem pendidikan adalah lahirnya budaya persaingan yang tidak sehat. Kesuksesan diukur dari harta dan jabatan, bukan dari kebajikan dan kontribusi moral.
Fenomena jual beli jabatan, korupsi di sektor pendidikan, hingga maraknya ijazah palsu menjadi cermin nyata degradasi moral bangsa. Ironisnya, lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat penyucian akal dan jiwa justru terjebak dalam praktik-praktik transaksional yang mengkhianati nilai luhur pendidikan itu sendiri.
Revitalisasi Pendidikan Berbasis Spiritualitas
Sudah saatnya pendidikan di Indonesia mengembalikan keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual. Pembelajaran berbasis nilai-nilai etika, moral, dan akhlak mulia harus menjadi arus utama dalam sistem pendidikan nasional.
Muatan spiritual dapat dihidupkan melalui pengajaran budi pekerti, sastra, budaya lokal, dan keteladanan guru yang berkarakter. Dengan begitu, generasi muda akan tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga merdeka lahir dan batin.
Menuju Kebangkitan Spiritual Bangsa
Gerakan kebangkitan kesadaran dan pendalaman spiritual perlu dimulai dari lingkungan pendidikan—sekolah, keluarga, hingga komunitas sosial. Nilai-nilai luhur para leluhur yang adiluhung harus kembali dihidupkan, bukan sekadar menjadi warisan simbolik.
Dengan menanamkan kesadaran spiritual sejak dini, diharapkan generasi penerus bangsa kelak tidak hanya mewarisi kemerdekaan secara lahiriah, tetapi juga kemerdekaan batiniah yang penuh kesadaran, kejujuran, dan kasih sayang.(red)
Posting Komentar