GMNI Raih Kesepakatan Penting untuk Menjaga Persatuan Pasca Kongres XXII



Jakarta, Minggu 10/08/2025 - ex-pose.biz.id  - Di tengah riuh rendah dinamika pasca-Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Bandung, sebuah pertemuan yang sarat makna terjadi Al-Jazeera Lounge sekitaran Cikini Jakarta. Ketua Umum GMNI terpilih hasil Kongres XXII Bung Sujahri Somar, duduk satu meja dengan pimpinan DPP GMNI kubu Arjuna–Dendy. Momen ini dinilai sebagai langkah awal merajut kembali benang persatuan yang sempat terurai akibat perbedaan pandangan dalam internal organisasi.


Pertemuan berlangsung di sebuah ruang sederhana namun hangat, dengan suasana yang jauh dari kesan kaku. Tidak ada podium, tidak ada jarak yang memisahkan—hanya lingkar diskusi yang merefleksikan semangat egaliter yang menjadi napas perjuangan GMNI sejak kelahirannya.


Dalam Pertemuan Tersebut, Ketua Umum terpilih Bung Sujahri Somar menekankan bahwa GMNI, sebagai organisasi kader ideologis yang lahir dari rahim sejarah perjuangan bangsa, tidak boleh terjebak dalam polarisasi yang melemahkan daya juang.


“Perbedaan adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai menjadi jurang pemisah. Kita punya cita-cita yang sama: membumikan ajaran Marhaenisme dan mengabdi pada rakyat,” ujar Ketum sujahri somar dengan suara tegas namun penuh persuasif.


Dari pihak kubu Arjuna–Dendy, pernyataan serupa mengemuka. Salah satu pimpinan DPP ( Sekjen Dendy ) menegaskan bahwa pertemuan ini bukan sekadar basa-basi politik, melainkan bagian dari ikhtiar serius untuk memastikan GMNI tetap satu rumah, satu cita, dan satu garis perjuangan.


Kita ingin generasi setelah kita mengingat bahwa pada masa penuh tantangan ini, para pemimpinnya memilih untuk bersatu, bukan saling menjatuhkan.


Pertemuan tersebut membahas beberapa agenda krusial: penyatuan agenda organisasi pasca-kongres, konsolidasi struktural agar tidak ada dualisme kepemimpinan, serta pembentukan forum bersama untuk merumuskan langkah strategis dalam menghadapi situasi sosial-politik nasional.


Meskipun tidak semua perbedaan langsung terhapus dalam satu pertemuan, gesture saling mendengar dan menghargai menjadi sinyal kuat bahwa pintu persatuan masih terbuka lebar. Ketua Cabang Kefa, Bung Apri menyebut momen ini sebagai “awal dari babak baru” bagi GMNI, sebuah babak di mana ego personal dikalahkan oleh kepentingan kolektif.


Seorang kader aktif dan juga ketua cabang kefa, bung apri hadir dalam pertemuan menuturkan pandangannya dengan nada optimis:


Dulu GMNI lahir di tengah badai politik nasional, dan mampu bertahan karena para pendahulunya memilih merangkul. Sejarah itu harus kita ulangi hari ini.


Menutup pertemuan, kedua belah pihak bersepakat untuk melanjutkan dialog dalam forum-forum lanjutan yang melibatkan seluruh elemen organisasi. Tidak ada plakat atau perjanjian tertulis yang diteken hari itu, tetapi ada satu hal yang meninggalkan kesan mendalam: jabat tangan hangat di akhir pertemuan, yang seakan menjadi simbol bahwa GMNI tetaplah rumah besar bagi semua Marhaenis muda, tanpa terkecuali.


Langkah ini, meski masih dini, menjadi pengingat bahwa persatuan bukanlah hadiah yang datang tiba-tiba, melainkan tenunan yang harus disulam bersama, benang demi benang, dengan kesabaran, kejujuran, dan komitmen perjuangan.


Dibawah kepemimpinan Ketua Umum Bung Sujahri Somar DKK, para kader kader aktif yang militan meyakini bahwa persatuan itu bukan hanya sekedar omon-omon saja tapi bukti nyata dalam internal dan eksternal GMNI yang akan merajut ke lintas internasional.


(Raden Hernawan)

GMNI Jakarta Raya

0/Post a Comment/Comments